Transfer Embrio

2014-09-24 04:34:05


Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Siborongborong merintis sejarah dalam� melakukan produksi embrio in vivo pada ternak kerbau. Bersama Pejabat Fungsional Pengawas Bibit Ternak BPTU-HPT Siborongborong, Kepala Balai Drh. Vierman melaksanakan program transfer embrio pada Kerbau Sungai (Bubalus bubalis fluviatilis) dan Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis limneticus), program transfer embrio ini bekerjasama dengan BET Cipelang dan BBID Propinsi Sumut.
���
��� Teknologi Transfer Embrio merupakan teknik manipulasi fungsi alat reproduksi dengan perlakuan berbagai hormon superovulasi pada ternak donor yang mengakibatkan jumlah sel telur matang dan diovulasikan yang umumnya hanya satu menjadi berjumlah banyak sehingga berpeluang untuk menghasilkan jumlah embrio yang lebih banyak.

��� Program TE dilakukan pada ternak kerbau sungai dan kerbau lumpur dengan masing masing jadwal terlampir pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Jadwal TE Ternak Kerbau Sungai di Instalasi Silangit.

Tabel 2. Jadwal TE Ternak Kerbau Lumpur di Instalasi Bahal Batu.

Pemakaian CIDR (Controllate Internal Drug Release) adalah alat yang terbuat dari sebatang silikon bentuk huruf T yang mengandung 1,9 gram hormon progesteron (untuk ternak sapi dan kerbau) yang berguna untuk mengontrol siklus berahi pada ternak donor. Alat ini dimasukkan dan didiamkan didalam vagina selama 3 hari. Diharapkan progesteron yang terdapat dalam alat ini akan diserap vagina dan segera disekresikan ke dalam aliran darah yang akan menghambat pelepasan FSH dan LH dari adenohipofisis sehingga akan terjadi pematangan folikel, berahi dan ovulasi. Penggunaan CIDR kombinasi dengan penyuntikan hormon prostaglandin (PGF2?).
PERSIAPAN TERNAK
Kerbau Sungai dan Kerbau Lumpur betina dengan umur yang bervariasi (5 � 8 tahun) digunakan sebagai induk donor dan induk resipien dalam program transfer embrio, (data pada tabel 3).
Tabel. 3

Betina Donor dan Resipien

Ternak yang dijadikan resipien adalah yang bebas penyakit, tidak ada gejala distokia dan mempunyai kemampuan dalam memelihara anaknya.

SUPEROVULASI
Kerbau betina� diperiksa keadaan ovarinya dengan cara palpasi rektal. Kerbau yang digunakan sebagai donor dengan keadaan ovari dan alat reproduksi yang normal� dan Body Condition Score (BCS)� sebesar = ? 4, sudah melahirkan minimal 1 (satu) kali. Setelah dilakukan pengecekan, ternak donor dipasang CIDR/Cuemate (preparat progesteron) untuk sinkronisasi superovulasi. Pada hari ke-10 setelah pemasangan CIDR, ternak donor disuntik dengan FSH dosis 40 IU/20 ml pelarut per ekor secara intramuskular dengan dosis menurun sebanyak delapan kali (4 hari berturut-turut jadwal terlampir pd tabel 1 dan 2). Pemberian FSH dilakukan sebanyak dua kali sehari (pada pagi dan sore hari) dengan interval penyuntikan 10 � 12 jam� seperti pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel. 4
�A. Pemberian FSH dan PGF2? pada Kerbau Sungai Donor di Instalasi Silangit

�B. Pemberian FSH dan PGF2? pada Kerbau Lumpur Donor di Instalasi Bahal Batu

Tabel. 5
�A. Pemberian PGF2? pada Kerbau Sungai Resipien di Instalasi Silangit

B. Pemberian PGF2? pada Kerbau Lumpur Resipien di Instalasi Bahal Batu

INSEMINASI BUATAN
Inseminasi Buatan (IB) dilakukan pada hari ke-5 setelah penyuntikan FSH yang pertama. IB dilakukan 2 kali.
Tabel 6
1. IB Ternak Donor� pada Kerbau Sungai di Instalasi Silangit

2. IB Ternak Resipien� pada Kerbau Sungai di Instalasi Silangit


3. IB Ternak Donor� pada Kerbau Lumpur di Instalasi Bahal Batu

4. IB Ternak Resipien pada Kerbau Lumpur di Instalasi Bahal Batu

PANEN EMBRIO (FLUSHING)
Panen embrio (flushing) dilakukan pada hari ke-7 setelah berahi atau setelah IB pertama. Bersama tim teknis BET Cipelang melakukan flushing baik pada kerbau sungai di instalasi Silangit maupun pada kerbau lumpur di instalasi Bahal Batu (17 s/d 18 September 2014).

Tahapan flushing dengan menyiapkan media flushing seperti: Lactated Ringer/PBS, Calf Serum, antibiotik dan Lidocain Chloride� 2% (anastise lokal).

Adapun peralatan yang digunakan:

  • Cervix expander (alat untuk membuka canalis cervicalis)
  • Folley catheter yang terdiri dari 3 saluran yaitu:
  1. saluran � masuk media � flushing;
  2. saluran � keluar media � hasil flushing;
  3. Saluran � pengembang balon kecil.
  • Tabung media;
  • Tabung penampung hasil flushing embrio;
  • Injeksi Spuit :
  • �Pengisap media hasil flushing;
  • Penekan/pengisap balon pada foley catheter;�

Betina donor yang akan di flushing di tempatkan pada kandang jepit, kemudian dilakukan anastesi epidural dengan menggunakan 2 � 5 ml Lidocain Chloride 2% pada ruang antar vertebra selanjutnya faeces dikeluarkan dari dalam rectum hingga kosong. Tangan kiri masuk kedalam rektum melakukan estimasi jumlah� korpus luteum, folikel dan ukuran ovarium. Cervical expander dimasukkan ke dalam vagina hingga kedalam lumen cervix, sedangkan two way foley catheter dimasukkan sampai ke dalam cornua uteri. Selanjutnya adalah panen embrio dengan cara pembilasan lactat ringer dan dilakukan secara berulang sampai habis.

Setelah pelaksanaan flushing selesai, dilakukan pemberian PGF2? yang bertujuan untuk meluruhkan CL yang ada sehingga mempercepat timbulnya birahi kembali dan uterus dibilas dengan iodine povidon bertujuan untuk mencegah infeksi dan membersihkan saluran reproduksinya.

Tabel. 7�
�1.� Hasil Flushing pada Kerbau Sungai Donor di Instalasi Silangit

�2.� Hasil Flushing pada Kerbau Lumpur Donor di Instalasi Bahal Batu


TRANSFER EMBRIO
Hasil flushing kemudian dilakukan isolasi embrio dengan cara filtrasi.� Pencarian embrio dilakukan dengan bantuan microskop stereoskopik. Embrio yang di hasilkan dari ternak donor siap untuk di transfer ke ternak kerbau resipien.
Pada ternak kerbau resipien, dilakukan pemeriksaan melalui palpasi rektal dengan tujuan mengecek ada tidaknya CL (corpus luteum). Adanya CL (corpus luteum) merupakan salah satu indikator bahwa ternak tersebut memiliki kandungan hormon progesteron yang tinggi berperan dalam mempertahankan kebuntingan.
Tabel. 8�
1. TE pada Kerbau Sungai Resipien di Instalasi Silangit





^